Di masa-masa Pra Paskah seperti sekarang ini, pada beberapa gereja, diadakan puasa 40 hari sampai Kamis Putih tiba. Puasa yang dimaksud bukan hanya terbatas pada tidak makan dan tidak minum, tapi bisa juga dilakukan dengan membatasi diri akan melakukan sesuatu, misalnya tidak melakukan hobi, tidak membuka sosial networking, dan sebagainya. Namun, sebenarnya, apakah yang terpenting dari menjalankan puasa itu sendiri? Berikut terdapat beberapa hal yang penting dalam menjalankan puasa.
1. Sikap hati yang benar, bukan memaksa
Puasa bukanlah suatu rutinitas dan bukan suatu kegiatan "ikut-ikutan". Puasa merupakan suatu cerminan hati dan ungkapan syukur kepada Allah atas setiap bentuk pengorbanan-Nya bagi kita manusia. Puasa membawa kita untuk dapat menghayati bagaimana kesengsaraan Yesus dulu. Jadi, puasa tidak bisa dilakukan semata-mata karena "ikut-ikutan", rutinitas, atau bahkan sebuah paksaan dari lingkungan. Sikap hati harus siap dan mantap, agar kita dapat mendapat makna dari puasa itu sendiri.
2. Puasa tidak harus tidak makan!
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa puasa tidak terbatas pada tidak makan dan tidak minum. Yang penting adalah ketika kita mampu untuk mengorbankan suatu bentuk kenyamanan kita. Bahasa kerennya, "keluar dari zona nyaman". Menahan diri dari hal-hal yang telah kita komitmenkan sejak awal melakukan puasa. Di zaman sekarang ini, ada anak-anak muda yang berkomitmen untuk tidak mengoperasikan akun-akun sosial networking mereka hanya untuk lebih menghayati pengorbanan Yesus. Jadi, puasa tidak lagi terbatas pada tidak makan dan tidak minum yaa... :)
3. Puasa yang tidak merusak kesehatan
Saya pernah memiliki seseorang teman yang saking bersemangatnya puasa, sampai maag-nya kambuh. Itu bukanlah proses puasa yang benar karena mengorbankan kesehatan sendiri. Tuhan tidak melihat hasil kita kok guys, yang Tuhan lihat adalah hati kita. Tuhan lihat kerinduan hati kita untuk mengorbankan kenyamanan kita untuk menghayati penderitaan-Nya 2000 tahun yang lalu.
4. Ekspresi diri
Dalam Matius 6: 16-18 dikatakan bahwa saat puasa, kita tidak boleh mengekspresikan diri lemes, males melakukan aktivitas kita, lalai akan tugas dan tanggung jawab kita. Puasa tidak menjadi alasan untuk semua itu. Malah seharusnya dengan berpuasa, kita harus lebih pancarkan hidup yang sejahtera, tetap senyum, tetap dan malah semakin semangat menjalani aktivitas kita. Yaa, sekali lagi, semua itu dilihat dari hati kita, apakah kita sungguh-sungguh atau cuma "ikut-ikutan" bahkan paksaan lingkungan.
Bagaimana kita telah menjalankan puasa kita? Apakah hati kita telah benar dan siap untuk berpuasa? Sekali lagi, bukan hasilnya, tapi bagaimana proses kita menjalani puasa itu. Apa yang kita dapatkan? Apakah setelah berpuasa, hidup kita akan semakin dekat dengan Allah?
Tuhan Memberkati! :)
No comments:
Post a Comment